Bongkah.id – Kasus virus corona di China berkembang semakin misterius dan membahayakan. Komisi Kesehatan Nasional China menemukan 601 kasus baru yang penderitanya tidak menujukkan gejala coronavirus disease (covid-19).
Jumlah itu 68 persen dari total 885 kasus coronavirus yang terjadi di China dalam kurun 8 hari terakhir sampai Selasa (7/4/2020). Data ini dilansir South China Morning Post.
“Kami tidak tahu apa arti angka-angka ini tanpa memiliki data yang sama pada pasien tanpa gejala selama tiga bulan terakhir,” kata Leo Poon Lit-man, Kepala Divisi Ilmu Laboratorium Kesehatan Masyarakat Universitas Hong Kong.
Sebanyak 601 orang positif covid-19 itu tidak mengalami sakit batuk, pilek atau demam yang menjadi gejala Covid-19. Hampir setengah dari 601 kasus itu dilaporkan di Hubei.
“Tapi yang kami tahu, bahwa pasien tanpa gejala ini bisa menjadi pra-gejala dan bisa menular meskipun tidak menunjukkan gejala,” ujar Leo.
Anehnya, meski angkanya tinggi dan berbahaya, otoritas China menganggap terlalu dini untuk membuat kesimpulan. Padahal tidak menutup kemungkinan, Covid-19 tanpa gejala ini berpotensi akan berevolusi menjadi jenis (strain) virus baru.
“Tapi pasien-pasien ini tetap harus dirawat secara terpisah dan diawasi dengan ketat,” tuturnya.
Hanya pada Selasa kemarin, daro 199 kasus baru yang dilaporkan di daratan China, 137 di antaranya tidak menunjukkan gejala. Pengujian serologis yang luas diperlukan untuk menentukan proporsi sebenarnya dari pasien tanpa gejala.
“Tes-tes ini mencari antibodi dalam darah, yang biasanya berkembang dalam tiga hingga empat minggu setelah infeksi.”
Diketahui bahwa, Covid-19 merupakan hasil evolusi alami dari virus SARS-CoV-2. Berdasarkan analisis sekuensing genomik, kemungkinan asal untuk SARS-CoV-2 mengikuti salah satu dari dua skenario.
Pertama, virus berevolusi ke keadaan patogen melalui seleksi alam di inang hewan dan kemudian ke manusia. Atau kedua, virus non-patogenik melompat dari inang hewan ke manusia dan berevolusi menjadi patogen.
Sejak coronavirus mewabah di China, jumlah kasus di negara itu sampai Rabu (8/4/2020) mencapai 82.000. Angka kematian 3.300 orang. (bid/scm)