Bongkah.id – Pihak berwenang Lebanon menyoroti pemicu ledakan dahsyat di kawasan pelabuhan Beirut yang mengakibatkan sedikitnya 100 orang meninggal dan ribuan lainnnya luka-luka. Pasalnya, titik ledakan berada di gudang penyimpan bahan-bahan peledak tinggi (high explosive).
Tak tanggung-tanggung, sebanyak 2.750 ton bahan peledak jenis amonium nitrat disimpan di gudang tersebut selama enam tahun. Bahan pembuat bom sudah tersimpan di tempat itu selama 6 tahun ini.
Pada selasa (4/8/2020), ibukota Lebanon, Beirut diguncang ledakan besar. Suara menggelegar terdengar hingga radius 240 km (150 mil) di Pulau Siprus, Mediterania Timur.
Beberapa pihak bahkan menyebut, dahsyatnya ledakan mirip dengan bom Hiroshima dan Nagasaki pada Perang Dunia II.
Ironisnya, ledakan terjadi di saat Lebanon dilanda krisis ekonomi yang memicu perpecahan lama. Ketegangan juga tinggi menjelang putusan persidangan, Jumat, atas pembunuhan mantan Perdana Menteri Rafik Hariri pada 2005.
Saat ini, proses investigasi sedang dilakukan untuk memastikan pemicu ledakan itu. Dewan Pertahanan Tertinggi Libanon mengatakan, mereka yang bertanggung jawab akan menghadapi hukuman maksimal.
Perdana Menteri Hassan Diab menyebutkan kejadian ini sebagai malapetaka. Meski demikian, ia tidak akan melepaskan begitu saja pihak yang terbukti bertanggung jawab atas penyebab ledakan seraya menyinggung soal “gudang berbahaya” yang sudah ada di lokasi ledakan sejak 2014.
Presiden Lebanon Michel Aoun melalui akun resmi twitternya menyatakan masa berkabung tiga hari. Ia berjanji akan mengucurkan dana darurat 100 miliar Lira atau 66 juta USD, setara Rp 96 miliar dengan (kurs Rp 14.550 per USD) untuk pemulihan pasca ledakan.
Gubernur Beirut, Marwan Abboud tak kuasa menahan airmata pilu melihat ledak yang memporak-porandakan kotanya. Ia merasa terharu dengan penderitaan yang dialami rakyat Lebanon di Beirut.
Saya belum menyaksikan banyak kehancuran dalam hidup saya. Ini adalah bencana nasional, ini adalah bencana bagi Lebanon,” katanya seraya menitikkan airmata saat diwawancarai Sky News Arabia, Rabu (5/8/2020).
“Saya menyerukan kepada rakyat Lebanon untuk bersatu…Kami kuat dan kami akan tetap kuat,” imbuhnya.
Detik-detik ketika ledakan mengguncang di dekat pelabuhan Beirut, Lebanon, Selasa (4/8/2020):
Kontingen Garuda Bantu Evakuasi Korban
Indonesia mengirim bala bantuan untuk mengevakuasi korban ledakan di pelabuhan Beirut, Lebanon. Kontingen Garuda yang tergabung dalam Misi Perdamaian PBB United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL) diiterjunkan untuk membantu evakuasi.
Data dari KBRI di Beirut, jumlah warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal di Lebanon saat ini sebanyak diiterjunkan untuk membantu evakuasi 1.447 orang. Dari jumlah itu, 1.234 orang merupakan personel TNI Kontingen Garuda, sisanya warga sipil.
Kontingen Garuda ditugaskan sebagai pasukan perdamaian di negara lain. Mereka dipastikan aman dari ledakan besar tersebut.
Meski demikian, Komandan Pusat Misi Pasukan Perdamaian (PMPP) TNI, Mayor Jenderal Victor Hasudungan Simatupang, mengatakan pihaknya mengalami kerugian dari ledakan di Beirut tersebut. Kapal Satgas Maritim Task Force (MTTF) yang tengah bersandar di Pelabuhan Beirut terkena imbas ledakan.
“Kapal milik KRI Hasanuddin yang diparkir di pelabuhan, kemungkinan terkena imbas ledakan,” ujarnya.
Dilaporkan sejauh ini, satu WNI berinisial NNE menjadi korban luka ringan akibat ledakan dan kini sudah mendapatkan perawatan. Pemerintah Indonesia akan terus memantau perkembangan situasi di Libanon pasca ledakan.
“Rakyat Indonesia senantiasa bersama rakyat Libanon dalam menghadapi situasi sulit dan kesedihan ini,” tulis Kemenlu Ri dalam rilis resminya, Rabu (5/8/2020). (bid)