
Bongkah.id – Di tengah isu krisis pangan dan lingkungan, Rokhim Azzam (38) memilih jalan berbeda. Warga Dusun Plosokendal, Desa Plosogeneng, Kecamatan/Kabupaten Jombang, Jawa Timur ini sukses membuktikan bahwa bertani bisa tetap produktif sekaligus ramah lingkungan.
Bermodalkan lahan sempit di halaman rumah, Azzam sudah empat setengah tahun menekuni budidaya pakcoi dan selada dengan sistem hidroponik. Selain efisien lahan dan air, metode ini juga minim limbah.
“Ikan yang ada di bak penampungan air ikut membantu mengurai limbah organik. Enggak perlu pakan tambahan, cukup dikasih daun-daun sisa. Jadi tanaman jalan, ikannya hidup, limbah pun terpakai,” jelas Azzam, Jumat (3/10/2025).
Setiap bulan, ia mampu menghasilkan hingga 1 ton pakcoi. Hasil panennya disalurkan ke swalayan dan supplier, tidak hanya di Jombang tapi juga ke luar kota, seperti Afco, Bravo, dan Gema.
Konsep ramah lingkungan yang diterapkan Azzam tidak berhenti pada daur ulang limbah. Sistem hidroponiknya juga hemat air. Aliran nutrisi yang terus bersirkulasi membuat kebutuhan air jauh lebih sedikit dibandingkan metode tanam konvensional.
“Kalau konvensional itu banyak air terbuang. Hidroponik ini airnya berputar terus, jadi jauh lebih efisien,” ujarnya.
Selain itu, ia menekankan bahwa hidroponik tanpa atap UV memang lebih murah, tapi butuh ketelitian ekstra terutama saat hujan deras atau listrik padam. Meski penuh tantangan, Azzam melihat hidroponik sebagai masa depan pertanian ramah lingkungan.
“Kalau program Makan Bergizi Gratis (MBG) benar-benar berjalan, kebutuhan sayur pasti meningkat. Hidroponik bisa jadi solusi sekaligus menjaga lingkungan,” katanya optimis.
Kini, Azzam telah mengembangkan kemitraan dengan 20 titik kebun hidroponik lain yang sebagian besar dikelola warga sekitar. Harapannya, Jombang bisa dikenal bukan hanya sebagai sentra sayur sehat, tetapi juga sebagai pionir pertanian ramah lingkungan berbasis hidroponik. (ima/sip)