Bongkah.id – Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti mengajak seluruh masyarakat Jawa Timur turut mengawasi penyaluran solar bersubsidi untuk mencegah terjadinya penyimpangan. Ajakan ini bersamaan dengan pemerintan menerapkan solar CN 51 dengan emisi karbon yang lebih ramah lingkungan
LaNyalla meminta pemerintah tetap memenuhi pasokan bahanbakar minyak (BBM) yang diperlukan masyarakat. Termasuk pengawasan proses distribusi yang harus diperketat.
“Penyimpangan solar akan berdampak pada banyak hal. Perlu adanya pengawasan ketat karena ini berkaitan dengan hajat hidup orang banyak” kata LaNyalla di sela kunjungan kerjanya ke Solo, Jawa Tengah, Sabtu (2/4/2022).
Menurutnya, terjaganya pasokan BBM harus menjadi skala prioritas. Maka, dia mengajak masyarakat pun perlu ikut serta mengawasi proses pendistribusian solar.
“Jangan lagi diabaikan. Ketersediaan pasokan BBM harus menjadi skala prioritas yang harus dijaga oleh pemerintah,” tegas senator asal Jawa Timur tersebut.
LaNyalla juga meminta masyarakat menggunakan BBM bersubsidi dengan bijak atau melakukan skala prioritas. Mantan Ketua Umum PSSI itu mengimbau kepada semua pihak untuk tak melakukan penimbunan.
“Kepada siapapun saya imbau untuk tidak melakukan penimbunan. Saya meminta agar dilakukan tindakan tegas dan terukur kepada siapapun yang nekat melakukan penimbunan di tengah penderitaan rakyat,” tegasnya.
Berdasarkan data Pertamina, pengguna solar bersubsidi mencapai 93 % dari total penjualan BBM untuk mesin diesel tersebut. Sedangkan user solar nonsubsidi seperti Dexlite dan Pertamina Dex hanya 7%.
“Saya mendorong kepada masyarakat yang mampu untuk menggunakan solar non subsidi. Masyarakat yang masuk kategori mampu baiknya membeli solar non subsidi,” ucap LaNyalla.
Sebelumnya, Kementerian ESDM dan Pertamina mulai menerapkan bahan bakar minyak jenis solar CN 51 dengan kandungan sulfur 50 ppm setara Euro IV yang dilaksanakan di seluruh SPBU di seluruh Indonesia mulai 1 April 2022. Keunggulan BBM baru ini dibanding Solar 51 adalah mengeluarkan emisi karbon yang lebih ramah karena kandungan sulfurnya rendah, yakni maksimum hanya 50 part per million (ppm) atau mengikuti standar EURO IV. (bid)