Ilustrasi
Ilustrasi dibuat menggunakan AI

Bongkah.id – Mundurnya tiga orang pengurus Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kabupaten Mojokerto, termasuk Sekretaris Umum Kasiono berbuntut panjang.

Kepergian tiga pengurus KONI Kabupaten Mojokerto itu memicu sorotan tajam terhadap kepemimpinan dan tata kelola organisasi yang selama ini tertutup rapat. Banyak pihak menilai, KONI kini tak ubahnya seperti “rasa organisasi eksternal” dikuasai segelintir orang, miskin transparansi, dan sarat pengaturan.

ads

“KONI sekarang rasa organisasi eksternal sebelah. Bendahara sekarang bekas bendahara dan Wakil Sekretaris II juga dulu pengurus organisasi eksternal lain,” ungkap salah satu pengurus yang enggan disebutkan namanya, Jumat (1/8/2025).

Ia menuding, dominasi wajah-wajah lama dari organisasi lain menjadi akar dari ketimpangan komunikasi dan pengambilan keputusan yang timpang.

Kritik tajam juga diarahkan pada pola kerja pengurus yang dinilai tidak demokratis.

Pengurus KONI Kabupaten Mojokerto lainnya mengamini hal tersebut. Sejumlah keputusan penting disebut dibuat secara sepihak, tanpa musyawarah. Salah satunya terkait perubahan sistem pengawasan saat pelaksanaan Porprov IX Jatim lalu.

“Pak Kasiono sudah siapkan panduan, mulai dari pengawas catering sampai koordinator lapangan. Tapi tatanannya diganti begitu saja tanpa rapat,” ujar sumber tersebut.

Kekecewaan juga muncul dari minimnya evaluasi pasca-Porprov. Alih-alih membuka data anggaran dan hasil capaian, KONI justru dinilai menutup diri. “Kalau niatnya transparan, harusnya ada evaluasi keuangan setelah Porprov. Tapi ini dibiarkan berlarut,” ujarnya.

Usulan Kasiono untuk menggelar rapat evaluasi pun diabaikan. Ironisnya, begitu ia mundur, rapat langsung digelar keesokan harinya. “Seakan semua ini sudah diskenario. Bahkan ada yang nyeletuk, ‘dibubarkan saja KONI-nya’,” ungkapnya kecewa.

Kasiono sendiri dikenal sebagai sosok yang dekat dengan atlet dan aktif turun ke lapangan. Banyak pengurus cabang olahraga (cabor) menyayangkan pengunduran dirinya. “Dia sering datang saat latihan, memberi masukan dan motivasi langsung ke atlet. Sosok yang sangat dihargai di kalangan cabor,” kata dia.

Secara anggaran, rancangan yang disusun Kasiono untuk Porprov disebut memadai dan menyisakan saldo. Namun kini, pengelolaan organisasi disebut hanya dikendalikan tiga orang: ketua, bendahara, dan sekretaris.

“Semuanya dikunci bertiga. Ketua KONI sendiri dinilai kurang berfungsi sebagai pemimpin. Jarang berinteraksi dengan pengurus, bahkan saat di Porprov hanya datang untuk foto-foto, sawer atlet, lalu pulang,” pungkasnya. (ima/sip)

594

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini