Bongkah.id – Pemkab Sidoarjo terus berupaya menekan penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak. Salah satunya dengan menutup sementara Pasar Hewan Krian.
Penutupan dilakukan hingga 20 Februari 2025. Hal tersebut di karenakan, kasus PMK (Penyakit Mulut dan Kuku) semakin menyebar di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur (Jatim).
Setidaknya, PMK sudah menyebar hingga di 10 kecamatan di Sidoarjo. Di antaranya di Kecamatan Sukodono, Wonoayu, Taman, Candi, Porong, Tarik, Balongbendo, Waru, Gedangan dan Jabon.
Terdata per Januari 2025, ada 147 ekor sapi yang terserang PMK. Dari jumlah itu, ada 17 sapi dipotong paksa dan 9 sapi mati.
Kepala Bidang Produksi Peternakan Dinas Pangan dan Pertanian (Dispaperta) Sidoarjo, Tony Hartono, mengatakan, langkah menutup Pasar Hewan Krian, Sidoarjo, tersebut dilakukan untuk membatasi penyebaran PMK.
Pihaknya juga telah menempelkan pemberitahuan di sekitar pasar sebagai informasi bagi peternak.
“Sementara ini sudah kami tutup,” ucapnya saat dikonfirmasi melalui telepon, Sabtu (1/2/2025).
Selain menutup pasar, pemerintah juga telah mengintensifkan vaksinasi terhadap hewan ternak. Sebanyak 3.500 dosis vaksin telah diberikan, bersamaan dengan pemberian vitamin, obat cacing dan penyemprotan disinfektan di sejumlah kandang.
Meski pasar hewan ditutup, aktivitas di Rumah Potong Hewan (RPH) Krian masih tetap beroperasi seperti biasa. Hal itu, karena RPH Krian memiliki sistem pengawasan yang ketat terhadap kesehatan hewan. “RPH Krian tetap berlangsung,” ujarnya.
Keputusan tersebut mendapat reaksi dari peternak, salah satunya Aminur Rozaq. Peternak sapi asal Kecamatan Sukodono itu berpendapat, pasar seharusnya tetap dibuka agar peternak bisa menjual hewan mereka dengan lebih mudah.
Menurutnya, peternak kini lebih siap menghadapi PMK dibanding sebelumnya. Pengalaman dari wabah sebelumnya membuat mereka lebih sigap dalam mendeteksi gejala awal penyakit. Karenanya, ia berharap pemerintah dapat mempertimbangkan solusi lain, selain menutup Pasar Hewan Krian, Sidoarjo. Ini agar peternak tidak mengalami kesulitan dalam menjual ternaknya.
“Penyakit bisa dideteksi secara dini sekarang, vaksin juga sudah dilakukan,” pungkasnya. (yg/sip)